Ulasan Film The Call (2020): Thriller Psikologis Korea yang Menegangkan dan Penuh Kejutan

 Ulasan Film The Call (2020): Thriller Psikologis Korea yang Menegangkan dan Penuh Kejutan

Pendahuluan

"The Call" (Korea: Kol) adalah film thriller psikologis Korea Selatan yang dirilis pada 27 November 2020 di Netflix. Disutradarai oleh Lee Chung-hyun, film ini merupakan adaptasi dari film Inggris-Puerto Rico berjudul The Caller (2011). Dibintangi oleh Park Shin-hye sebagai Kim Seo-yeon dan Jeon Jong-seo sebagai Oh Young-sook, film ini mengusung premis unik tentang dua wanita yang terhubung melalui telepon tua meski hidup di dua waktu berbeda, terpisah 20 tahun. Dengan durasi 112 menit, The Call berhasil memikat penonton dengan alur cerita yang penuh ketegangan, akting memukau, dan eksplorasi tema mendalam tentang takdir, trauma, dan konsekuensi tindakan. Film ini menerima rating 7.1/10 di IMDb dan 96% di Rotten Tomatoes, menunjukkan pengakuan atas kualitas sinematiknya. Berikut adalah ulasan mendalam tentang film ini, mencakup sinopsis, kekuatan, kelemahan, dan elemen-elemen kunci yang membuatnya begitu menarik.

Sinopsis

The Call mengisahkan Kim Seo-yeon (Park Shin-hye), seorang wanita berusia 28 tahun yang kembali ke rumah masa kecilnya di pedesaan pada tahun 2019 untuk menjenguk ibunya, Eun-ae (Kim Sung-ryung), yang sedang sakit keras. Di rumah tua itu, Seo-yeon menemukan telepon kuno yang kerap berdering secara misterius. Ketika mengangkat telepon, ia mendengar suara seorang wanita yang meminta tolong, yang kemudian diketahui adalah Oh Young-sook (Jeon Jong-seo), seorang gadis yang tinggal di rumah yang sama pada tahun 1999. Meski terpisah dua dekade, keduanya mulai menjalin komunikasi dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Seo-yeon, yang kehilangan ayahnya akibat kebakaran pada 1999, membenci ibunya karena menganggapnya lalai. Sementara itu, Young-sook mengaku hidup dengan ibu tiri yang kejam, seorang dukun bernama Ja-ok (Lee El), yang sering menyiksanya karena percaya ada roh jahat dalam dirinya.

Persahabatan lintas waktu ini awalnya terasa hangat. Seo-yeon meminta Young-sook untuk mencegah kebakaran yang menewaskan ayahnya, dan Young-sook berhasil melakukannya. Akibatnya, masa kini Seo-yeon berubah drastis: ayahnya hidup kembali, keluarganya harmonis, dan ia menjalani kehidupan yang lebih baik. Namun, kebahagiaan ini memicu konflik. Young-sook, yang mengetahui nasib buruknya di masa depan melalui Seo-yeon, menjadi marah dan menunjukkan sisi gelapnya sebagai psikopat yang kejam. Ia mulai mengancam Seo-yeon, bahkan berniat membunuh keluarganya di masa lalu untuk menghancurkan kehidupan Seo-yeon di masa kini. Panggilan telepon yang awalnya mendekatkan mereka kini menjadi teror mengerikan. Seo-yeon harus berpikir cepat untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari ancaman Young-sook, yang semakin tak terkendali.

Kekuatan Film

1. Premis Unik dan Alur yang Menegangkan

The Call menawarkan konsep perjalanan waktu yang segar melalui komunikasi telepon lintas waktu. Berbeda dengan film time-travel lain seperti Orange (2015) yang menciptakan cabang waktu baru, The Call menggunakan premis bahwa perubahan di masa lalu langsung memengaruhi masa kini, menciptakan efek kupu-kupu yang dramatis. Alur cerita yang tidak konvensional, dengan lompatan antara 1999 dan 2019, membuat penonton terus menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Setiap panggilan telepon membawa ketegangan baru, baik itu kabar baik maupun ancaman mengerikan. Lee Chung-hyun berhasil memadukan elemen thriller, horor, dan fiksi ilmiah dengan cerdas, menciptakan pengalaman menonton yang intens.

2. Akting Memukau dari Park Shin-hye dan Jeon Jong-seo

Penampilan Park Shin-hye sebagai Seo-yeon sangat ekspresif, terutama dalam menggambarkan ketakutan dan keputusasaan saat menghadapi teror Young-sook. Ia berhasil menyampaikan emosi kompleks, dari rasa bersalah atas masa lalunya hingga kepanikan saat kehidupannya terancam. Namun, bintang sejati film ini adalah Jeon Jong-seo sebagai Young-sook. Aktingnya sebagai psikopat yang manipulatif dan mengerikan benar-benar mencuri perhatian. Tawa menyeramkannya, ekspresi wajah yang berubah dari polos menjadi jahat, dan caranya memerankan karakter yang labil secara emosional membuat penonton merinding. Kritikus seperti Yoon Min-sik dari The Korea Herald memuji Jeon Jong-seo sebagai sorotan utama film ini.

3. Sinematografi dan Scoring yang Membangun Suasana

Sinematografi The Call memperkuat nuansa thriller dengan penggunaan warna yang kontras. Adegan di masa kini (2019) sering menggunakan warna cerah saat kehidupan Seo-yeon membaik, sementara adegan di 1999 menggunakan warna gelap untuk mencerminkan penderitaan Young-sook. Efek visual saat realitas berubah, seperti benda-benda yang menghilang atau berpindah, cukup dramatis meski beberapa kritikus menganggapnya berlebihan. Scoring film ini juga patut diacungi jempol. Musik latar yang mencekam memperkuat ketegangan di setiap adegan kritis, membuat penonton terpaku pada layar.

4. Eksplorasi Tema yang Mendalam

Film ini tidak hanya tentang ketegangan, tetapi juga mengajak penonton merenungkan tema-tema seperti takdir, trauma, dan konsekuensi tindakan. Interaksi antara Seo-yeon dan Young-sook memunculkan pertanyaan: Apakah kita harus mengubah masa lalu jika memungkinkan? Dan apa dampaknya terhadap masa kini? Film ini juga mengeksplorasi dualitas manusia, dengan Young-sook yang awalnya tampak sebagai korban namun berubah menjadi antagonis yang kejam. Tema ini dieksekusi dengan baik, menambah kedalaman narasi.

Kelemahan Film

1. Ending yang Membingungkan

Salah satu kelemahan utama The Call adalah ending-nya yang menggantung dan membingungkan. Adegan tambahan setelah kredit (post-credit scene) memunculkan teori-teori di kalangan penonton, tetapi banyak yang merasa adegan ini tidak sesuai dengan logika cerita yang telah dibangun. Sutradara Lee Chung-hyun menjelaskan bahwa ending terbuka ini sengaja dibuat untuk mencerminkan premis bahwa perubahan di masa lalu terus memengaruhi masa kini, tetapi banyak penonton merasa bingung atau "tertipu." Hal ini membuat beberapa penonton harus memilih antara menikmati film tanpa memikirkan akhirnya atau terjebak dalam overthinking.

2. Plot yang Terkadang Terlalu Rumit

Meskipun alur time-slip-nya menarik, beberapa bagian cerita terasa terlalu kompleks, terutama menjelang akhir. Perubahan timeline yang cepat dan dampaknya pada realitas Seo-yeon bisa membingungkan bagi penonton yang tidak terbiasa dengan konsep perjalanan waktu. Beberapa kritikus juga menyoroti inkonsistensi dalam pengaturan waktu pada adegan tertentu, yang membuat naskah terasa kurang rapi.

3. Karakter Protagonis yang Kurang Aktif

Beberapa penonton merasa Seo-yeon sebagai protagonis terlalu pasif di beberapa bagian cerita, terutama saat ia hanya bereaksi terhadap tindakan Young-sook tanpa mengambil inisiatif yang kuat. Hal ini membuat dinamika cerita kadang terasa didominasi oleh Young-sook, yang justru lebih menarik sebagai karakter.

Analisis Teknis dan Artistik

Secara teknis, The Call adalah debut penyutradaraan panjang yang mengesankan dari Lee Chung-hyun. Ia berhasil mengolah premis sederhana menjadi narasi yang penuh kejutan, dengan pacing yang tepat untuk menjaga ketegangan. Penggunaan telepon sebagai alat penghubung dua waktu adalah sentuhan cerdas yang membuat film ini terasa orisinal meski diadaptasi dari The Caller. Editing film ini juga patut dipuji karena mampu menyatukan dua timeline dengan mulus, meskipun kadang membingungkan di bagian akhir.

Dari segi artistik, film ini berhasil menciptakan suasana mencekam melalui kombinasi sinematografi, pencahayaan, dan desain suara. Adegan di rumah tua, dengan dinding yang menyimpan rahasia dan bunker tersembunyi, menambah elemen misteri. Performa akting pendukung, seperti Lee El sebagai ibu tiri Young-sook, juga menambah kedalaman pada cerita, meskipun peran mereka terbatas.

Dampak dan Penerimaan

The Call mendapat pujian luas dari kritikus dan penonton. Neil Young dari The Hollywood Reporter menyebutnya sebagai "thriller Korea yang mendebarkan dan penuh kejutan," memuji akting dan eksekusi teknisnya. Film ini juga memicu diskusi di media sosial, terutama tentang ending-nya yang kontroversial. Banyak penonton mengapresiasi keberanian film ini menggabungkan genre thriller, horor, dan fiksi ilmiah, serta eksplorasi tema moral yang kompleks. Namun, sebagian merasa ending-nya mengurangi kepuasan keseluruhan karena kurang memberikan penutup yang jelas.

Kesimpulan

The Call adalah film thriller psikologis yang wajib ditonton bagi penggemar genre ini. Dengan premis unik, akting memukau, dan eksekusi teknis yang solid, film ini berhasil menyajikan pengalaman menonton yang intens dan menggugah pikiran. Meskipun memiliki kelemahan seperti ending yang membingungkan dan plot yang kadang terlalu rumit, kekuatan film ini dalam membangun ketegangan dan mengeksplorasi tema mendalam membuatnya layak mendapat rating 4 dari 5 bintang. The Call adalah bukti bahwa sinema Korea terus menghadirkan karya-karya inovatif yang mampu bersaing di panggung global. Bagi yang menyukai film seperti Parasite atau Train to Busan, The Call adalah tambahan yang sempurna untuk daftar tontonan Anda. Saksikan di Netflix dan rasakan sendiri ketegangan panggilan telepon dari masa lalu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Belajar yang Efektif untuk Meningkatkan Prestasi

JAWABAN SOAL UJIAN FORMATIF 1 BAB I : Teks Laporan Hasil Percobaan

Rangkuman Bab 1: Laporan Percobaan