Cerita Tentang Ekstrakurikuler Tari Tradisional
Cerita Tentang Ekstrakurikuler Tari Tradisional
Namaku Berlian, siswi kelas IX di sebuah SMP di Jakarta, kota yang kaya akan budaya dan seni tradisional. Sejak kecil, aku selalu terpesona melihat tarian Tradisional seperti Tari Serimpi atau Bedhaya yang ditampilkan saat acara budaya di keraton atau festival desa. Gerakan lembut, irama gamelan yang merdu, dan kostum yang anggun selalu membuatku terpukau. Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan menjadi bagian dari dunia tari tradisional melalui ekstrakurikuler di sekolah. Pengalaman ini bukan hanya tentang belajar menari, tetapi juga tentang menemukan kepercayaan diri, membangun persahabatan, dan memahami makna budaya yang mendalam.
Aku mulai memahami bahwa tari bukan sekadar gerakan, tetapi cara untuk melestarikan budaya dan menyampaikan cerita leluhur. Selama setahun di ekstrakurikuler, aku belajar banyak hal:
Disiplin dan ketekunan: Latihan yang berulang-ulang mengajarkanku bahwa kesempurnaan butuh waktu dan usaha.
Kerja sama: Menari dalam kelompok membuatku belajar menghargai peran setiap orang untuk menciptakan harmoni.
Kepercayaan diri: Aku yang dulu pemalu kini berani tampil di depan umum dan bangga menjadi bagian dari budaya Jawa.
Menghargai budaya: Aku belajar tentang sejarah dan filosofi di balik setiap gerakan, yang membuatku semakin mencintai warisan budaya Indonesia.
Latihan diadakan satu kali seminggu, setiap hari jumat selama dua jam. Di awal, aku merasa latihan itu seperti ujian ketahanan. Tetapi lama kelamaan latihan menjadi lebih menyenangkan karna lingkungan yang baik dan hangat.
Setiap ada acara di sekolah, seperti PENSI AKBAR pasti ekstrakurikuler tari tradisional membawakan perwakilan untuk menampilkan tari yang sudah dipelajari bersama sama.
Komentar
Posting Komentar